Lapas Ramai-ramai Cek Listrik Pasca Kebakaran di Tangerang Tewaskan 41 Napi
Kebakaran maut yang menewaskan 41 narapidana (napi) terjadi Lapas Kelas I Tangerang, Banten. Lembaga permasyarakatan (lapas) di sejumlah daerah pun beramai-ramai melakukan pengecekan instalasi listrik usai tragedi kebakaran maut itu.
Kebakaran maut di Lapas Kelas I Tangerang itu terjadi pada pukul 01.45 WIB Rabu (8/9) dini hari. Api muncul pertama dari Blok CII, yakni blok khusus kasus narkotika. Kebakaran baru berhasil dipadamkan pukul 04.00 WIB. Dari 122 napi tersebut, 41 korban tewas, 73 luka ringan, dan 8 luka berat.
Lapas Kelas I Tangerang itu ternyata sudah berumur 42 tahun. Sejak itu, instalasi listriknya lama tidak diperbaiki. Kebakaran maut ini diduga karena arus pendek listrik atau korsleting.
Karena itu, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly pun meminta lapas lain mengecek instalasi listrik tempatnya. Yasonna enggan tragedi seperti di Lapas Kelas I Tangerang kembali terulang.
"Tadi saya sudah perintahkan Pak Dirjen, coba cek lagi lapas-lapas. Karena beberapa tempat di lapas-lapas kita, kecuali beberapa tempat oleh karena kerusuhan, pada umumnya karena arus pendek. Itu lapas-lapas lama seperti ini," kata Yasonna setelah mengecek lokasi kebakaran, Lapas Tangerang, Banten, Rabu (8/9).
Bali
Lapas di sejumlah daerah pun lantas bergegas. Salah satunya lapas di Bali. Kanwil Kemenkumham Bali langsung memerintahkan lapas dan rumah tahanan (rutan) mengantisipasi bencana dan mengecek instalasi listrik.
Total isi lapas/rutan di Bali sebanyak 3.589 orang. Jumlah itu terdiri atas 2.896 orang narapidana dan 693 tahanan. Padahal kapasitas seluruh lapas dan rutan di Bali hanya mencapai 1.518 orang sehingga mengalami overkapasitas sebanyak 136 persen.
Kakanwil Kemenkumham Bali Jamaruli Manihuruk mengatakan dirinya telah meminta UPT pemasyarakatan dan UPT imigrasi memastikan jaringan listrik tetap aman, tidak ada beban yang berlebihan, dan semua jaringan listrik aman.
Kemudian, lapas dan rutan di Bali juga diminta agar memeriksa berbagai kabel atau hal lain yang bisa menimbulkan bencana agar keberadaannya dipastikan dalam keadaan aman. Bila perlu, jika ada kerusakan harus segera diganti.
Sumedang
Lapas Kelas IIB Sumedang juga melakukan pengecekan. Setelah dicek, ternyata lapas itu minim akan fasilitas proteksi kebakaran. Selain minimnya ketersediaan alat pemadam api ringan (apar), juga tidak tersedianya titik instalasi hydrant di lingkungan Lapas.
Kepala Lapas Sumedang Imam Sapto Riadi mengakui bahwa fasiltas proteksi kebakaran di lingkungan Lapas Sumedang masih minim dengan jumlah apar yang tersedia hanya berjumlah tiga unit. Idealnya, kata dia, apar tersebut tersedia di tiga blok yang ada yakni blok Asahan, blok Citarum dan blok Brantas.
"Karena ketersediaan kami masih minim jadi kami tempatkan, satu di P2U atau pengaman pintu utama, yang kedua kami tempatkan di komandan jaga dan yang ketiga kami tempatkan di dapur," terang Imam Sapto Riadi saat menerima kunjungan dari petugas Gabungan TNI/Polri dalam rangka pemantauan menyusul tragedi kebakaran Lapas Kelas I Tangerang, Rabu (8/9/2021).
Fasilitas proteksi kebakaran lainnya yang tidak tersedia di lingkungan Lapas, yakni titik instalasi hydrant. Sistem instalasi hydrant sendiri berfungsi sebagai alat pengendali api darurat dengan menyediakan suplai air yang dibutuhkan petugas Damkar saat terjadi kebakaran.
Banyuwangi
Lapas Kelas IIA Banyuwangi juga melakukan pengecekan instalasi listrik yang bisa menjadi sumber kebakaran jika terjadi arus pendek.
Kalapas Banyuwangi Wahyu Indarto terjun langsung ke blok-blok hunian. Satu per satu instalasi listrik dicek. Beberapa kabel usang pun diganti. Tak hanya itu, mereka juga melakukan razia barang berbahaya yang menimbulkan kebakaran.
Jika ada kabel yang rusak atau mengalami korsleting segera hubungi petugas yang sedang berjaga" ujarnya kepada warga binaan.
"Jangan sekali-kali memperbaiki sendiri jika ada kerusakan kabel, karena akan membahayakan diri kalian sendiri dan teman-teman yang lain jika terjadi konsleting. Jangan sampai ada kejadian serupa dengan yang terjadi di Lapas Tangerang" tambah Wahyu.
Pacitan
Tak ingin peristiwa serupa terjadi di Pacitan, polisi menggelar razia di rutan setempat. Mereka mengecek keamanan hunian para warga binaan
Polisi pun menggeledah seisi ruangan di rutan. Lemari yang menjadi tempat penyimpanan barang satu per satu dibongkar. Demikian pula tas milik warga binaan. Dalam penggeledahan, aparat mendapati sejumlah barang berbahaya.
Sidoarjo
Lapas Klas II A Sidoarjo, Jawa Timur, juga langsung melakukan evaluasi. Untuk deteksi dini, pihak lapas melakukan razia di blok-blok hunian para napi.
Dalam razia tersebut petugas Lapas menemukan puluhan sambungan kabel yang berpotensi menimbulkan kebakaran. Ditemukan juga beberapa korek api, belasan sendok makan, kipas angin, dan satu buah pisau kecil yang terbuat dari sendok.
Kalapas Kelas IIA Sidoarjo Teguh Pamudji mengatakan dengan adanya kejadian di Lapas Tangerang, maka pihaknya melakukan deteksi dini agar tidak terjadi kebakaran seperti di Lapas tersebut.
"Malam ini kami melakukan razia ke blok-blok hunian, guna deteksi dini agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Teguh kepada wartawan di Lapas Sidoarjo, Rabu (8/9/2021).