Jadi Ibu Rumah Tangga Itu Gampang! Ya.. Gampang Nangis, Gampang Stres, Gampang Marah, Gampang Sewot



 Selama ini orang selalu menganggap pekerjaan sebagai ibu rumahtangga adalah pekerjaan nyang mudah, Tidak ada hal yang berarti yang harus di kerjakan, Hanya menungguin anak main dan suami pulang kerja ada juga yang menganggap ibu rumah tangga banyak waktu luang yang ahirnya digunakan untuk bergosip yang tidaknjelas.


Padahal menjadi ibu rumahtangga itu tidak semudah kelihatanya, Dia harus bisa mengatur manajemen rumah mulai dari ngasuh anak, Menyiapkan segala kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya.


Setelah membaca tulisna Hasnur Azis dari akun media sosial nya saya jadi sadar betapa beratnya perjuangan ibu rumahtamgga.


Mas Hasnur Azis Menulis Seperti ini di akun media sosial nya 


Dulu pernah saya melihat, Seorang ibu muda menarik paksa anak balitanya yang belum genap berusia 2 tahun. Persis di depan saya. 


Tidak hanya ditarik, paha anak pun juga dicubit. Tak hanya sampai di situ, si ibu masih ngomel dan memarahi anaknya tanpa ampun. Kesalahan anak hanya karena ia menumpahkan susu yang baru saja ibunya bikin. Mungkin itu hal biasa bagi emak-emak rempong, yang di kepalanya terlalu banyak beban, membuat ia kadang kehilangan control. 


Waktu itu, saya hampir saja mengeluarkan kalimat-kalimat bijak, bagaimana agar tetap sabar menanggapi tingkah anak. 


Nasehat-nasehat Parenting untuk ibu muda ini agar sabar dan sabar. Nyaris saja. Tapi saya menahan diri. Toh si ibu ini juga tidak meminta petuah. 


Sekitar 10 menit, kondisi ibu mulai stabil. Ia tak lagi memarahi anaknya. Ia lalu mencium kening anak dan menepuk-nepuk paha yang tadi ia cubit, sambil menyusui. Pasti ibu ini membisikkan kata maaf pada anaknya. Maaf karena tadi membentak, maaf karena tadi kasar, maaf karena tadi mencubit. Saya menebak-nebak.

Beberapa waktu kemudian, mengalirlah cerita ibu ini. Bagaimana dirinya begitu kerepotan mengasuh 2 anak balita. 


Bagaimana ia harus bekerja juga supaya bisa tetap punya uang untuk belanja. Sementara suaminya sendiri hanya seorang buruh yang masih suka malas-malasan. Suami yang lebih banyak menghabiskan waktunya nongkrong dan main hape dibandingkan membantu istri mengasuh anak. Apalagi sekarang ia hamil lagi. 


Sampai pada kata hamil, air matanya tumpah. Ia memegangi dadanya kuat-kuat, berusaha menahan sesak yang sudah lama ia tahan.


Saya hanya jadi pendengar, berusaha tidak mengomentari dan sok bijak. Sungguh pun, saya tak tahu demikian berat beban ibu ini. 


Mungkin saja, saat kita melihat kondisi yang tidak ideal di mata kita, lisan kita terlalu lancar memberi komentar. Sok bijak memberi nasehat. Padahal kita tak tahu ada apa dibaliknya. 


Ibu yang tadi saya ceritakan dengan beban yang berat, himpitan ekonomi yang demikian susah, suami yang tidak ada perhatian, pekerjaan yang tiada habisnya. Bagaimana mungkin mau disamakan dengan kita yang hidupnya penuh dengan kemudahan? 


Dan seperti itulah kita kebanyakan. Berkomentar pada apa-apa yang sama sekali kita tidak tahu. memberikan nasehat seolah kita adalah dia. Sementara kondisi kita dan orang tersebut berbeda. 


Kita yang punya suami perhatian dan tak sungkan membantu mengasuh anak bahkan pekerjaan rumah tangga sekalipun. Kita yang punya penghasilan besar ditambah suami yang tidak pelit, kita yang punya kendaraan yang kemana-mana tak perlu repot takut kehujanan dan kepanasan. 


Lalu saat melihat seorang ibu yang lost control, minim ilmu parenting, kita dengan sok bijaknya bilang, “sabar bu, sabar ….!”


Padahal dalam kepala si ibu, bukan hanya masalah anak yang ia hadapi, ia harus memikirkan tagihan listrik dan air, susu yang tak terbeli, beras yang hampir habis, dan lain sebagainya, Beban yang berat.


Menjadi ibu rumah tangga tidak semudah yang kita lihat selama ini. Menjadi seorang ibu rumah tangga juga harus punya ilmu yang tinggi. Sebab ibu rumah tangga adalah penopang, yang bila kamu goyah, maka seisi rumah juga goyah. Pekerjaanmu adalah sebuah pekerjaan tanpa pengakuan, sedang penghargaan tertinggi berasal dari senyum semua anggota keluarga yang sehat dan bahagia.


Mari, sesama ibu saling mendukung, memberi empati. Jangan nyinyir pada ibu yang bentak anaknya, terlihat tidak ada ilmu parenting padanya. Bebannya jangan ditambah lagi dengan celotehan kita yang sebenarnya bukan meringankan tapi menambah luka, dan membuat ia makin terpuruk.


Peluk jauh untuk semua ibu kuat dan hanya kepada Tuhan kita serahkan semua urusan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel