Polisi Di Riau Ini Nekat Jual Perhiasan Istri Untuk Renovasi Sekolah
Pada bulan November lalu, sempat beredar potret Sekolah Dasar (SD) di daerah terpencil di Dusun Sialang Harapan, Riau yang tak layak huni. Kondisi bangunan SD yang tak layak huni tersebut dibagikan pertama kali di Facebook lewat akun Rico Kampar Kiri,pada 11 November silam.
Rico juga menuliskan bahwa bangunan tak layak huni tersebut merupakan bangunan SD 010, yang terletak di Desa Batu Sasak. Terlihat dari foto yang diunggah Rico, dinding SD 010 hanya terbuat dari kayu, atapnya pun hanya terbuat dari seng.
Kondisi ruangan dalam SD pun tak kalah memprihatinkan. Lantai masih beralaskan tanah, hingga papan tulis yang sudah jebol dan tak bisa digunakan. Unggahan Rico tersebut pun menarik simpati banyak orang, salah satunya Bripka Rolan Manurung, yang bertugas di Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Riau.
Meski tak berpangkat tinggi dan hidup sederhana, Bripka Rolan rela menyisihkan uang dari gajinya untuk membangun SD 010. "Semua dari gaji yang dikumpul-kumpulkan selama ini," ungkap Bripka Rolan, seperti yang Grid.ID kutip dari laman Tribun Pekanbaru, rabu (30/10/2019).
Bripka Rolan bahkan rela menunda renovasi rumahnya yang berada di kawasan Panam, Pekanbaru, demi membangun kembali SD 010 yang tak layak pakai. "Awalnya memang ada rencana memperbesar rumah. Renovasi gitulah. Tapi nggak terlalu perlu cepat. Jadinya untuk sekolah itu," imbuhnya.
Keputusan Rolan bahkan mendapat dukungan penuh dari sang istri, Maria Farida Naibaho. "Istri saya langsung bilang, yang kayak gini, harus dibantu," ungkap Rolan. Meski sudah berniat baik, masih saja ada kendala yang menghadang Rolan untuk membangun kembali SD 010 tersebut.
Rolan ternyata masih kekurangan dana untuk biaya membangun kembali SD 010. Melansir laman Kompas.com, pada Rabu (30/10/2019) Rolan baru bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 12,5 juta, sedangkan dana yang dibutuhkan sejumlah Rp 14,5 juta.
Dengan sangat berat hati, Rolan memohon kepada sang istri untuk menjual perhiasannya, demi melengkapi biaya yang dibutuhkan untuk membangun SD 010. "Awalnya uang kami terkumpul Rp12,5 juta, ternyata masih kurang Rp 2 juta lagi. Akhirnya istri saya setuju jual perhiasannya," katanya saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (30/10/2019).
Tak hanya sang istri, seluruh komponen masyarakat bahkan saling gotong royong membangun SD 010 itu. "Saya bertemu dengan tokoh masyarakat di sana, mereka sangat membantu. Jadi saya yang tanggung dana, mereka yang bekerja. Tukang renovasi rumah saya juga saya suruh bantu dulu buat sekolah itu," ungkap Ralon.
Pembangunan kembali SD 010 membutuhkan waktu selama dua minggu. Selama pembangunan, Rolan tak selalu berada di lokasi, lantaran jarak yang ditempuh pun cukup jauh, dan membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam dari Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri.
Tak hanya bangunan SD 010 saja yang baru, meja dan papan tulis pun juga sudah diperbaharui. Hingga banyak anak yang bisa bersekolah dengan aman di SD 010. Alasan Rolan membangun SD 010 pun cukup mengharukan. Rolan merasa senasib dengan anak di SD 010 ini, pasalnya saat dulu bersekolah dengan anak suku Sakai di SD 058 Kandis, Kabupaten Siak, ia harus menempuh jarak yang cukup jauh.
Polisi 36 tahun ini tak ingin ada anak Desa Batu Sasak yang harus putus sekolah karena tak memiliki bangunan yang layak. "SD 010 ada di Desa Batu Sasak. Jaraknya jauh. Anak-anak harus menempuh hutan dan menyeberang sungai. Kalau air sungai naik, mereka enggak bisa ke sekolah," ungkap Rolan.